Mengenai Saya

Foto saya
Saya seorang mahasiswa yang memfokuskan diri pada lingkungan sosial, apapun bentuknya. Saya juga menyukai musik dan saya membuat musik, saya suka menulis dan saya membuat tulisan tentang apa saja yang saya sukai, saya seorang mahasiswa yang biasa-biasa saja, saya mencintai keluarga dan teman-teman saya.

Minggu, 02 Januari 2011

“Terbaik”



“Terbaik”
                Gw baru aja ngebahas kata ini dengan seorang teman, sebenernya kita ngebahas kata “terbaik” ini secara tidak sengaja. Berawal dari curhatan akhirnya gw dapet ide untuk mengkaji kata ini. Tapi dalam tulisan kali ini yang akan saya bahas adalah kata “terbaik” dari segi hubungan dengan sesama manusia, seperti pertemanan dan percintaan. Dalam tulisan-tulisan saya banyak sekali membahas tentang power of word.  “Terbaik” berarti kesempurnaan. Kalau dilihat dari definisinya, terbaik memiliki definisi paling baik. Baik adalah elok, patut, teratur (apik, rapi, tidak ada celanya, dsb).
            Dalam hubungan social, kata “terbaik” juga sering menjadi idaman setiap individu, baik dalam hubungan pertemanan maupun hubungan asmara. Mereka dan juga saya selalu mencari yang terbaik. Apakah wajar? Menurut saya itu hal yang wajar. Tapi jangan lupa bahwa sesuatu yang terbaik dalam hubungan social itu tidak ada!
            Teman. Mencari teman yang terbaik adalah impian setiap orang. Teman yang selalu ada disaat kita sedih, susah, maupun senang. Tapi masalahnya adalah ga ada orang yang seperti itu. Teman-teman kita, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dalam satu hal teman kita si A mempunyai kelebihan untuk menutupi kekurangan si B, dan terkadang si B dengan kelebihannya menutupi kekurangan si A. Ga ada yang sempurna, ga ada yang terbaik, hanya saling melengkapi dengan kelebihan masing-masing.
            Dalam hubungan asmara, saya jadi teringat film “Jomblo” dalam salah satu adegan. Ringgo mengatakan pada seorang perempuan “kalau saya mencari yang terbaik, suatu saat saya juga akan meninggalkan kamu”. Dalam adegan itu Ringgo sadar bahwa tujuan dari hubungan pacaran adalah saling melengkapi, bukannya meninggalkan pasangannya karna alasan banyak kekurangan pada pasangannya. Contoh si A pacaran sama si B, B memiliki kekurangan yang si A ga bisa terima, kemudian si A menduakan si B dengan pacaran dengan si C, si C menutupi kekurangan si B, tapi si C memiliki kekurangan yang lain dimana si B bisa menutupi kekurangan si C itu. Jadi dari ilustrasi ini sebenarnya menggambarkan bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing, tinggal bagaimana kita menerima dan membuat kekurangan itu berubah menjadi kelebihan.
            Balik lagi ke kata “terbaik”, kata ini menurut saya dan teman saya adalah kata yang memiliki mantra yang sangat hebat. Orang-orang terkungkung dengan pikirannya bahwa dia harus mendapatkan yang terbaik dalam hidupnya. Terbaik selalu menjadi acuan bagi kita sebagai manusia. Tapi bukan itu yang kita cari. Menurut seorang sahabat saya yang lain lagi adalah “kita hidup di dunia ini bukan mencari orang yang SEMPURNA untuk dicintai, TETAPI kita BELAJAR mencintai orang yang TIDAK sempurna dengan CARA yang sempurna” (Rony HI’07). Gw setuju banget sama apa yang dikatakan sahabat saya itu, karena memang tidak ada yang sempurna (terbaik), adapun yang sempurna adalah Tuhan.
                Ketika kita tersadar bahwa apa yang kita punya (entah sahabat ataupun pacar) bukanlah yang terbaik, lantas apa yang kita lakukan? Mengeluh? Atau bahkan meninggalkannya? Kesempurnaan/terbaik itu bisa dicapai dengan proses. Kesempurnaan/terbaik itu relative, bagi A si B itu sempurna (bentukan dari proses), sedangkan bagi C si B itu tidak sempurna.
                Jadi bagi saya dan 2 sahabat saya, terbaik/kesempurnaan pada awalnya tidak akan ada, hanya lewat proses, terbaik/kesempurnaan itu ada, dan terbaik/kesempurnaan itu pun bersifat relative, berbeda setiap orangnya.  Jadi jangan mencari orang yang terbaik atau yang sempurna, karena itu tidak akan pernah ada, kecuali anda membentuknya menjadi terbaik dan sempurna (“,)